Semua orang telah mengetahui keutamaan malam
Lailatul Qadar. Malam Lailatul Qadar seperti biasa akan menjadi teka teki
kepada semua umat manusia. Kita hanya diberikan tanda-tanda dan kadang-kadang
tanda-tanda yang diberikan seakan ada dua tiga malam dan sukar untuk menentukan
malam manakah yang benar-benar malam Lailatul Qadar.
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ
إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ (3) فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ (4)
“Sesungguhnya Kami menurunkannya
(Al Qur’an) pada suatu malam yang diberkahi. dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi
peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” (QS. Ad Dukhan [44] : 3-4).
Malam yang diberkahi dalam ayat ini adalah malam lailatul qadar sebagaimana
ditafsirkan pada surat Al Qadar. Allah Ta’alaberfirman,
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1)
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al
Quran) pada malam kemuliaan.” (QS. Al Qadar [97] : 1)
Keberkahan dan kemuliaan yang dimaksud disebutkan
dalam ayat selanjutnya,
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3)
تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ
(4) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (5)
“Malam kemuliaan itu lebih baik
dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril
dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh)
kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al Qadar [97] : 3-5)
Beberapa hadis menyebut tentang bila Malam Yang
Mempunyai pahala seperti seribu bulan ini. Antaranya:
Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْعَشْرِ
الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
“Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam
terakhir dari bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari)
Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ
الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
“Carilah lailatul qadar di malam
ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari)
Dari Ibnu Umar bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
الْتَمِسُوهَا فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ - يَعْنِى
لَيْلَةَ الْقَدْرِ - فَإِنْ ضَعُفَ أَحَدُكُمْ أَوْ عَجَزَ فَلاَ يُغْلَبَنَّ
عَلَى السَّبْعِ الْبَوَاقِى
“Carilah lailatul qadar di sepuluh malam
terakhir, namun jika ia ditimpa keletihan, maka janganlah ia dikalahkan pada
tujuh malam yang tersisa.” (HR. Muslim)
Dan yang memilih pendapat bahwa lailatul qadar
adalah malam kedua puluh tujuh sebagaimana ditegaskan oleh Ubay bin Ka’ab radhiyallahu
‘anhu. Namun pendapat yang paling kuat dari berbagai pendapat yang ada
sebagaimana dikatakan Ibnu Hajar dalamFathul Bari bahwa lailatul
qadar itu terjadi pada malam ganjil dari sepuluh malam terakhir dan waktunya
berpindah-pindah dari tahun ke tahun. Mungkin pada tahun tertentu terjadi
pada malam kedua puluh tujuh atau mungkin juga pada tahun yang berikutnya
terjadi pada malam kedua puluh lima tergantung kehendak dan hikmah Allah Ta’ala.
Hal ini dikuatkan oleh sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
الْتَمِسُوهَا فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ
رَمَضَانَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى تَاسِعَةٍ تَبْقَى ، فِى سَابِعَةٍ تَبْقَى ،
فِى خَامِسَةٍ تَبْقَى
“Carilah lailatul qadar di sepuluh malam
terakhir dari bulan Ramadhan pada sembilan, tujuh, dan lima malam yang tersisa.”
(HR. Bukhari)
Tanda Malam Lailatul Qadar
[1] Udara dan angin sekitar terasa tenang.
Sebagaimana dari Ibnu Abbas, Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْلَةُ القَدَرِ لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلَقَةٌ لَا
حَارَةً وَلَا بَارِدَةً تُصْبِحُ الشَمْسُ صَبِيْحَتُهَا ضَعِيْفَةٌ حَمْرَاء
“Lailatul qadar adalah malam yang penuh
kelembutan, cerah, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari
matahari bersinar lemah dan nampak kemerah-merahan.” (HR. Ath Thoyalisi.
Haytsami mengatakan periwayatnya adalah tsiqoh /terpercaya)
[2] Malaikat menurunkan ketenangan sehingga manusia
merasakan ketenangan tersebut dan merasakan kelezatan dalam beribadah, yang
tidak didapatkan pada hari-hari yang lain.
[3] Manusia dapat melihat malam ini dalam mimpinya
sebagaimana terjadi pada sebagian sahabat.
[4] Matahari akan terbit pada pagi harinya dalam
keadaan jernih, tidak ada sinar. Dari Abi bin Ka’ab bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya,”Shubuh hari dari malam
lailatul qadar matahari terbit tanpa sinar, seolah-olah mirip bejana hingga
matahari itu naik.” (HR. Muslim) (Lihat Shohih Fiqh Sunnah II/149-150)
Tetapi walaupun pun tandanya, ramai yang tidak
ambil kisah langsung kehadiran malam seribu bulan ini. Hanya orang yang
mengetahui ganjarannya dan kuat imannya sahaja yang mengambil kisah semua ini.
Yang sentiasa beramal tidak kira waktu, insya Allah ia akan dapat ganjaran
Malam lailatulqadar.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan